top of page
Search

Orang Ceko SOMBONG dan RASIS?

  • thesimplehappylife
  • Apr 24, 2020
  • 5 min read

Tidak banyak orang Indonesia familiar dengan Republik Ceko. Justru generasi kakek nenek dan orangtua kita yang lebih familiar dengan Cekoslovakia. Dulu mereka memang satu negara hingga akhirnya di tahun 1992 Republik Ceko dan Slovakia menjadi dua negara terpisah.

Tapi, sepertinya nama Cekoslovakia cukup sulit dilawalkan oleh lidah Indonesia. Dan juga sulit diketik dengan jempol Indonesia. Waktu itu saya sedang mengikuti summer course di Praha. Biasalah ibu-ibu, mama saya pamer foto anaknya di group whatsapp keluarga besar. Dengan bangganya mama saya menulis

"Erica hebat, mendapat beasiswa dan sedang belajar di Praha, Ceko Kowalski."

Apa itu Ceko Kowalski? Saya tahunya kowal-kawul (berantakan) seperti rambut kalian saat terkena angin hehe.....

Karena group whatsapp ini isinya bulek paklik dan budhe pakdhe di ndeso Wonogiri, jadi mereka langsung mengucapkan selamat tanpa mengkritisi apa itu Ceko Kowalski.

Kakak saya langsung membalas dengan candaan dan plesetan

“Opo mah Erica belajar di Ceko Kowalski? Wah hebat ya mah Ceko Kowalski negorone Waskia Gotik.” Plesetan dari Zaskia Gotik. Saya juga bingung kok bisa mama saya menulis Ceko Slovakia menjadi Ceko Kowalski. Mungkin karena mama kebanyakan nonton Madagascar jadi terus teringat nama penguin Kowalski.

Praha dari Ketinggian

Layaknya Indonesia dan Bali dimana orang luar negeri lebih familiar dengan Bali ketimbang Indonesia. Kalau kalian tanya orang bule “Mister, do you know Indonesia?” kebanyakan mereka jawab “No, I don’t. Where is it?” “Bali mister Bali. You know Bali mister?” Mereka pasti akan jawab “Oh yeah Bali. It’s so beautiful.” Dalam hati kita pasti mangkel, ini bule belajar geografi nggak sih? Nah sama halnya dengan para bule. Orang Indonesia lebih tahu Praha daripada Republik Ceko. Tapi, banyak yang salah kaprah letak Republik Ceko dimana contohnya mama saya. Sudah setahun saya tinggal di Ceko, tapi terkadang ketika mama saya menelpon, mama sering bertanya

“Ndhuk, di Russia sekarang jam berapa?”

“Mah... aku tu di Ceko bukan Russia.”

“Oh ya kan cedhak. Numpak becak yo iso. (Oh kan ya dekat. Naik becak juga bisa.)”

“Wuadooohhh mahhhh.........bueeecake tugel iyo. (Juaauuhhh mahhh.....becaknya patah iya.)”


Kebanyakan orang Indonesia berpikir kalau Republik Ceko berseblahan dengan Russia. Padahal jarak Praha - Moskow cukup jauh kurang lebih 4,5 jam naik pesawat. Hal ini dikarenakan Republik Ceko mendapat pengaruh besar paham komunis dari Uni Soviet saat masa perang dingin. Banyak yang salah kaprah juga kalau mengira Ceko ada di Eropa Timur. Ceko terletak di Eropa Tengah berbatasan dengan Jerman, Austria, Polandia, dan Slovakia.


Ceko memiliki sejarah yang cukup kelam dengan Jerman saat kekuasaan Hitler. Banyak pembantaian terjadi di era itu. Sehingga sampai sekarang masih banyak orang Ceko yang kurang begitu senang dengan orang Jerman. Waktu saya dan tunangan saya naik kerata dari Praha menuju Vienna, ada sepasang kakek-nenek Jerman yang menduduki kursi kami. Alhasil kami tidak bisa duduk. Saya membujuk Petr, tunangan saya, untuk berbicara pada mereka

"Tell them that they are sitting on the wrong seat."

Dengan menggerutu Petr menjawab "I don't want to talk to them. They are freaking Germans."

"So, what? Just speak in English or German. You can speak a little bit of German anyway."

"It isn't because of the language. They are Germans! I don't want to talk to them!"

Saya langsung mencubit lengan Petr sampai dia sedikit kesakitan "Don't be racist! Your great-grandpa was German, too."


Awalnya saya heran, ternyata sesama bangsa Eropa mereka juga bisa rasist. Padahal neneknya Petr berdarah setengah Hungaria dan Jerman. Hanya kakeknya yang orang Ceko asli. Setelah mendengar sejarah keluarga tunangan saya, cukup bisa dimengerti mengapa Petr masih memiliki keganjalan hati terhadap orang Jerman. Sebenarnya Petr tidak garang dan rasis. Dia sangat konyol dan polos. Bila kalian belum membaca, silahkan baca cerita kekonyolan Petr saat menggunakan toilet di Indonesia. Siap-siap ngakak https://thesimplehappylife.wixsite.com/website-2/post/kompilasi-travel-konyol


Secara budaya dan penampilan fisik orang Ceko memiliki perpaduan antara Eropa Barat dan Eropa Timur. Rahang mereka tegas dan tatapan mata mereka tajam seperti orang Slavik terutama yang perempuan. Badan mereka tinggi dan tegap seperti orang Jerman.

Stereotype orang Ceko dingin, jarang tersenyum dan kasar. Rata-rata benar terutama di Praha. Tapi, tidak semua orang seperti itu. Banyak juga orang Ceko yang ramah dan tulus terutama yang sudah tua.Orang Ceko akan sangat generious ketika kita sudah kenal.


Ada suatu cerita menarik. Saat masih baru bekerja di Ceko, setiap pagi hari saya selalu mengukuti perayaan Gereja. Saya selalu duduk di spot yang sama setiap harinya. Di seberang bangku tempat saya duduk, setiap hari selalu ada kakek yang sama. Bukan kakek Sugiono yang biasa kalian lihat di fil-film ya hehehe (Hanya orang-orang berdosa yang tahu Kakek Sugiono. Kalau mau ikutan berdosa bisa di check di google.)

Anyway, kakek ini usianya sekitar 80 tahun. Kakek itu badannya cukup besar, rambuntya sudah habis, selalu memakai jas abu-abu, berkacamata, dan memakai tongkat. Karena saking seringnya bertemu dari Senin sampai Jumat selama beberapa minggu, akhirnya kakek tersebut menghampiri saya. Dengan ramah beliau mengajak saya berkenalan. Kakek tersebut berbicara dalam Bahasa Ceko padahal Bahasa Ceko saya amburadul. Nama kakek itu Honza. Saya bilang ke kakek

Jsem Erica. Jsem z Indonézie. Jsem učitelka angličtiny. Neumím česky. (Saya Erica dari Indonesia. Saya guru Bahasa Inggris. Saya tidak bisa Bahasa Ceko).” Sudah jelas kakek Honza tahu saya tidak bisa Bahasa Ceko, beliau masih mengajak saya bercerita. Manusia itu unik, meskipun berbeda bahasa tetap saja ada insting yang membuat saya mengerti maksud kakek Honza. Meskipun saya hanya menjawab “Iya iya iya” sambil manggut-manggut dan tersenyum.

Singkat cerita, setiap hari kami bertemu dan kakek Honza selalu memberi berkat di kening sebelum saya berangkat kerja. Suatu hari saya memberikan kakek Honza satu kotak teh Sariwangi dan surat singkat yang saya tulis di kertas post-it. Tunangan saya membantu menulis dalam Bahasa Ceko. Bila diartikan ke Bahasa Indonesia artinya “Terima kasih kakek Honza telah memberikan berkat bagi saya setiap pagi. Belakangan hari ini saya sedang mengalami banyak tekanan di kantor. Tapi, doa dan berkat dari Kakek Honza membuat saya jauh lebih tenang.”

Semenjak itu Kakek Honza lebih sering mengobrol dengan saya meski lagi-lagi saya cuma manggut-manggut sok-sok mengerti padahal tidak sama sekali hehehe. Tiap hari ada saja yang kakek Honza bawa untuk saya. Mulai dari oleh-oleh coklat dari Jerman, sembako, bahkan ada satu benda yang membuat saya sangat terharu.

Waktu itu kakek Honza memberikan saya box usang. Ketika sampai dirumah, saya menunjukan hadiah itu pada mami dan Petr. Ternyata kotak itu berisi satu set cangkir dan piring porselin berlapis emas asli yang harganya sangat mahal. Disitu tertulis bahwa itu adalah hadiah ulang tahun perkawinan Kakek Honza dan isternya yang ke 50 tahun. Isteri kakek Honza sudah lama meninggal dan beliau memberikan hadiah itu agar saya selalu mengingat beliau. Saya tidak menyangka berawal dari satu kotak teh Sariwangi dan surat di post-it mampu menghangatkan hati Kakek Honza yang kesepian.



Gereja Katholik di Ceko


Jangan termakan steryopte. Tidak semua orang itu sama. Sekalipun mereka terlihat sombong atau rasis pasti ada cerita dibaliknya.

Sekian intermeso mengenai orang Ceko.

Terima kasih sudah membaca blog saya.

Kamis, April 30, akan publish petualangan saya di tempat-tempat wisata di Ceko mulai dari yang mainstreem sampai anti mainstreem yang jarang dikunjungi turis internasional.

Don't forget to be happy and grateful today. :)

Comentarios


  • instagram
  • facebook
bottom of page