Mengambil Panggilan Hidup
- thesimplehappylife
- Jul 5, 2019
- 2 min read
Kalo mau menjadikan dunia lebih baik bisa dengan banyak hal. Kenapa pilih menjadi guru yang gajinya sedikit?
Dulu saya ingin menjadi policy maker. Lambat laun saya sadar itu bukan passion saya. Saya ingin sekali bekerja di NGO internasional yang berhubungan dengan anak-anak seperti UNICEF atau Save The Children sebagai pekerja yang terjun langsung ke lapangan membantu anak-anak.
Saat kuliah saya sering mengikuti kegiatan kerelawanan yg berhubungan dengan anak-anak. Meski tidak digaji, ada kepuasan batin tersendiri ketika kita bisa memberi. Ada kebahagiaan tersendiri ketika saya bisa berinteraksi dengan anak-anak. Seolah segala rasa lelah saya hilang.Kepuasaan dan kebahagiaan yang saya rasakan tidak bersifat sementara dan tak mampu dibeli oleh uang.
Khayalan saya bisa bergabung dengan NGO internasional dan mengabdikan diri di refugee camp untuk untuk anak-anak korban perang timur tengah. Tapi, situasi tidak memungkinkan karena saya punya keluarga yang sangat membutuhkan saya secara fisik dan materi. Sebenarnya orangtua tidak pernah melarang. Bahkan mereka berpesan “Jadilah seseorang yang berguna bagi banyak orang dan menjadi saluran berkat bagi mereka.” Akan tetapi, sebagai seorang anak yang kuat dengan budaya Indonesia, seolah ada kewajiban dimana saya harus bisa merawat dan memberikan sebagian dari gaji saya ketika orangtua tak lagi bekerja. Apabila saya mengabdikan diri untuk anak-anak di timur tengah, saya tak tahu pasti kapan bisa pulang. Saya tidak mampu memberi sebagian gaji untuk orangtua.
Pilihan selain menjadi pekerja di refugee camp, saya ingin menjadi guru. Passion terbesar saya mengajar anak-anak. Saya bisa mengajarkan anak-anak akan pentingnya solidaritas dan empati. Mengingatkan betapa beruntungnya mereka mampu mengenyam pendidikan, sementara banyak anak lain yang tak mampu bersekolah. Sehingga di kemudian hari, murid-murid saya bisa menjadi insan pembaharu dunia yang berguna bagi sesama.
Dalam hati nurani, saya merasa guru adalah panggilan hidup. Seolah saya melihat Tuhan dalam setiap anak. Membuat saya begitu mencintai pekerjaan saya dan betul-betul mencintai setiap murid. Menjadi guru juga sebagai bentuk pelayanan saya kepada Tuhan. Sebenarnya, masih ada cita-cita besar dalam diri saya. Tapi, saya tahu untuk menggapai cita-cita itu, saya harus menjalani panggilan hidup sebagai seorang guru.
Dengan menjadi guru, saya masih tetap bisa membantu anak-anak di medan perang sekalipun anak-anak kurang mampu di Indonesia, meski tidak secara langsung. Melalui kegiatan charity event bersama murid-murid saya, kami tunjukan rasa solidaritas kepada mereka.
Guru, pekerjaan yang sangat penting tapi sering dipandang sebelah mata karena identik dengan gajinya yang tidak begitu besar. Besar kecilnya gaji itu relatif. Atau mungkin orang yang berbicara seperitu sebenarnya tidak tahu persis berapa gaji seorang guru. 4 thn menjadi part-time teacher di Jepang, saya masih bisa hidup dan pulang ke Indonesia setiap tahun. Bahkan saya juga sering traveling. Besar kecilnya gaji tergantung dari gaya hidup dan cara pandang kita terhadap uang.

Kommentare