KABUR Berpetualang ke Malang!
- thesimplehappylife
- Jul 20, 2019
- 4 min read
Updated: Apr 16, 2020
Saya kecanduan backpacking sampai sekarang. Pertama kali backpack waktu umur 17 tahun. Waktu itu, saya backpack ke Malang berdua dengan teman dari Spanyol. Keinginan backpacking pertama kali muncul setelah membaca novel Trinity The Naked Traveler. Ditambah lagi, saya memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar.
Waktu backpack pertama kali, saya nggak bilang orangtua karena ibu saya agak protective. Saya ngakunya mau pergi ke Jogja se-malam rame-rame naik mobil temen. Padahal, saya pergi ke Malang naik bus selama empat hari tiga malam. Jadi, setelah satu malam di Malang, saya telpon mama dan ngakunya masih mau jalan-jalan di Jogja, nginep rumah tantenya temen. Padahal bohong.
Sekalipun mama bilang nggak boleh, bodo amat saya juga sudah pergi. Dan setelah selesai telpon, mobile data saya matikan sampai liburan saya di Malang habis. Memang bandhel banget ya!
Waktu itu, saya nggak merasa bersalah dengan orangtua karena saya backpack pun dengan uang hasil jerih payah sendiri. Ya namanya anak ABG lagi bandhel-bandhelnya.
Petualangan saya dan teman asal Barcelona ini dimulai. Sebut saja namanya Joseph.
Kami berdua pergi benar-benar low budget dan nggak ada plan sama sekali mau tidur dimana saat di Malang. Entah kita mau tidur di hostel murah atau numpang rumah warga, yang penting kami bawa tenda dan sleeping bag. Jadi, kalau ada apa-apa, kami tetap bisa nge-camp.
Perjalanan Malang-Semarang kami tempuh dengan bus malam. Nggak ada rasa takut cuma pergi berdua sama Joseph karena saya percaya karma. Keluarga saya selalu baik sama Joseph dan saya yakin Joseph juga akan menjaga saya yang masih bocah.
Kami sampai di terminal Malang sekitar pukul 6.00. Karena masih ngantuk banget, kami putuskan untuk cari tempat istirahat gratis. Entah kenapa kami putuskan naik angkot ke Batu. Sampai di Batu, kami lihat kebun apel yang begitu luas. Sebenarnya untuk masuk ke kebun wisata itu harus bayar. Tapi, karena masih terlalu pagi, SATPAM bilang "Masuk aja nggakpapa kalo mau bersantai. Nggak usah bayar. Makan apelnya juga boleh, tapi jangan banyak-banyak ya." Bapak ini baik banget! Kami pun langsung menggelar kain dan melanjutkan tidur dibawah pohon apel. Bahkan kami juga memetik beberapa apel disana untuk sarapan. Makan apel di kebun sambil menikmati indahnya pegunungan dan sejuknya udara Batu.

Nggak ngerti mau kemana lagi, kami asal naik angkot di Batu. Kemudian pak sopir bilang ada pemandian air panas Cangar dan bersedia mengantar kami berdua kesana. Beruntung sekali kami bertemu bapak ini! Bapak ini membawa kami ke berkeliling pegunungan Malang yang masih asri. Pemandang sepanjang perjalanan ke Sumber Air Panas Cangar begitu asri dipenuhu pepohonan dan indahnya Gunung Arjuna.
Sumber Air Panas Cangar memang bagus. Tapi, waktu itu kolamnya ramai banget pengunjung. Dan hampir semua pengunjung tidak memakai baju renang. Jadi, langsung nyemplung tanpa berganti pakaian. Saya jadi agak risih mau berenang. Sehingga, kami putuskan untuk hiking di bukit dekat kolam untuk mencari sumber air alaminya. Akhirnya kami temukan air terjun dan sungai kecil. Kami habis kan waktu berenang di sungai air panas yang masih alami tanpa campur tangan manusia.

Maghrib menjelang, kami kembali ke Batu. Bingung mau tidur dimana karena nggak nemu hostel murah. Sudah coba Couchsurfing, tapi nggak ada host yang respond. Tanya orang sekitar ternyata ada camp ground di Coban Rondo. Akhirnya kami putuskan untuk tidur di hutan perkemahan Coban Rondo. Beruntunglah disana juga ada warung dan kamar mandi umum.
Esok hari tiba, kami masih nggak punya tujuan mau kemana. Asal aja naik angkot di Batu, nggak sengaja satu angkot dengan grombolan mahasiswa dari Jakarta. Singkat cerita, kami setuju untuk travel bareng dan nyewa angkot. Kami penasaran banget sama Pantai Balekambang di Malang yang katanya mirip dengan Tanah Lot, Bali. Dengan angkot kami rame-rame pergi kesana. Perjalanan kesana agak jauh sekitar 2, 5 jam. Tapi, perjalanannya luar biasa seru! Masuk ke hutan-hutan lebat dipenuhi pohon pakis yang guedhee! Apalagi kita naik angkot yang semua jendela dan pintu kebuka jadi daun dan ranting-ranting pohon bisa masuk ke dalem angkot. Beneran berasa di Jurassic World!
Menurut saya pantai Balekambang okelah.... dengan air yang bersih dan pasir putih. Yang pasti jauh lebih bagus daripada pantai-pantai di Semarang.

Saatnya balik ke Semarang, saya dan Joseph nggak pesen tiket bus sebelumnya. Apes banget karena semua bus sudah penuh. Tapi, untungnya ada bapak sopir bus yang baik hati dan bersedia bawa kita di jok paling belakang bersama tumpukan tas. Si pak sopir nggelar selimut dan materas diatas tumpukan tas seolah kita tidur diatas kasur. Kata pak sopir, kita bayar satu tiket aja nggak papa. Saya sih nggak kuat tidur di bus paling belakang karena mabok. Untungnya, setelah beberapa jam, ada sepasang penumpang yang turun dan ada dua kursi kosong. Kata kenek bus nya kita suruh pindah situ aja kalau mabuk.
Saya sampai Semarang dengan selamat kok tanpa luka sedikit pun. Setelah seminggu kemudian, mama tahu kalau saya kabur ke Malang gara-gara kakak saya nge-stalk post saya di instagram. Mama sempet marah sih. Tapi, saya cuma jawab "Yang penting kan aku selamet."
Saya dan Joseph benar-benar low-budget dan nggak tahu tempat. Ditambah lagi Joseph nggak bisa Bahasa Indonesia. Kami cuma habis uang masing-masing nggak lebih dari Rp 400.000,00. Itupun sudah termasuk tiket bus pulang-pergi. Kami sama sekali nggak ketemu orang yang mau mencelakai. Bahkan sebaliknya, kami bertemu orang-orang baru yang dengan tulus hati menawarkan bantuan tanpa diminta.
Inilah cerita kebandhelan saya saat masih ABG. Backpack pertama kali tanpa plan ini membuat saya berpikir banyak sekali orang baik di dunia. Itulah sebabnya saya kecanduang backpacking karena dengan backpacking membuat saya terus bersyukur kepada Tuhan dan alam semesta.
Comentários